Kematian Akibat Rabies Miningkat



Susupo.info - Kasus gigitan rabies dan kematian akibat rabies dilaporkan meningkat signifikan, bahkan kejadian luar biasa dilaporkan di daerah yang bukan daerah endemis rabies. Adapun dua daerah yang melaporkan kejadian luar biasa (KLB) akibat gigitan rabies adalah Kabupaten Sikka dan Timor Tengah Selatan provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut warga di Pulau Timor (Kab. Timor Tengah Selatan) memang sebelumnya tidak pernah ada kasus rabies, sehingga masyarakat belum tahu bagaimana gejala dan menanggulangi kasus rabies tersebut.  

Kementerian Kesehatan melaporkan peningkatan kasus akibat gigitan hewan penularan rabies, yakni pada tahun 2020 terdapat 82.634 kasus, pada tahun 2021 terdapat 57.257 kasus dan pada tahun 2022 terdapat 104.229 kasus. Sedangkan per April 2023 jumlah kasus rabies terdapat 31.113 kasus gigitan rabies dan 11 kasus kematian akibat rabies.

Menurut  Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, peningkatan kasus ini sepertinya ada hubungannya dengan pandemi. Pada tahun 2019 - 2021 sebagian besar kegiatan berhenti, termasuk vaksinasi terhadap hewan. Pada saat itu juga kita  jarang bersinggungan dengan hewan liar. Lonjakan kasus akhirnya terjadi saat aktivitas mulai berjalan seperti biasa saat banyak hewan liar yang tidak tervaksinasi dan terinfeksi rabies. Selanjutnya Imran Pambudi menyampaikan, masyarakat perlu lebih waspada terhadap penular rabies dari hewan, terutama anjing. Sebesar 95%  kasus rabies pada manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Sedangkan kewaspadaan terhadap hewan lain yang berpotensi membawa virus rabies, seperti rubah, rakun, kucing, dan kelelawar, tetap diperlukan. 


Mayoritas provinsi di Indonesia merupakan daerah endemis rabies. Hanya delapan provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat,dan Papua. Sementara provinsi dengan kasus rabies tertinggi yakni Bali, NTT, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, dan Sumatera Barat.

Gejala Rabies

Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus rabies.Virus dapat ditularkan dari hewan terinfeksi ke manusia melalui air liur yang masuk ke luka lewat gigitan ataupun cakaran dari hewan yang terinfeksi, paling banyak dari anjing yang terinfeksi.

Adapun beberapa gejala rabies, yakni hewan menjadi ganas dan tidak menurut, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan, serta ekor dilengkungkan ke bawah perut di antara kedua paha. Sedangkan gejala rabies pada manusia seperti demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan, dan sering mengalami nyeri. Setelah itu, gejala lanjutannya berupa rasa kesemutan dan rasa panas di lokasi gigitan, cemas, serta mulai timbul fobia, yaitu hidrofobia (takut pada air) dan fotofobia (takut pada cahaya) sebelum meninggal. ”Kasus kematian pada manusia terjadi biasanya karena terlambat ditangani. Pada anak, risiko kematian semakin besar,” tutur Imran.

Penanganan

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menuturkan, angka kematian akibat rabies yang tinggi perlu disikapi dengan penanganan yang cepat. Kesiapan vaksin menjadi utama. Pada daerah yang sudah melaporkan status KLB gerakan massal penanganan rabies perlu dilakukan agar penularan bisa segera dikendalikan. Komunitas pencinta hewan juga perlu dilibatkan.

Untuk penganganan terhadap gigitan hewan, dilakukan dengan membilas dan mencuci luka gigitan atau cakaran secara menyeluruh. Setelah itu, antiseptik bisa diberikan untuk membunuh virus rabies. Luka tidak boleh dijahit untuk mengurangi penyebaran virus pada jaringan luka, kecuali luka lebar dan terus mengeluarkan darah yang harus dihentikan. Kemudian, vaksinasi rabies (VAR) dan serum antirabies (SAR) diberikan sesuai dengan kategori luka.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Ih ngeri banget...

    BalasHapus
  2. Baru baru ini liat di tiktok pasiennya takut air ternyata gejala rabies

    BalasHapus